Penelitian Renz terhadap 100 gadis di Ohio State Reformatory menunjukkan terdapat 36 persen yang memiliki kelemahan mental (feeble-minded).
Studi yang dilakukan Dr. Goddard terhadap 100 anak muda (juvenile) yang terlibat kasus hukum di Newark, New Jersey, hampir separuhnya dikategorikan memiliki kelemahan mental.
Dari 56 gadis delinkuen usia 14 s.d. 20 tahun yang diuji oleh Hill dan Goddard, hampir setengahnya menunjukkan tingkat inteligensi yang setara dengan usia 9 atau 10 tahun.
Dr. G. G. Fernald menguji terhadap 100 narapidana di Massachusetts State Reformatory, dan hasilnya menunjukkan hampir 95 persen adalah termasuk memiliki kelemahan mental.
Dari 1186 gadis yang diuji oleh Dewson di State Industrial School for Girls, Lancaster, Pennsylvania, menemukan 28 persen menunjukkan inteligensi di bawah normal.
Laporan penelitian Dr. Katherine Bement Davis terhadap 1000 kasus yang masuk di Bedford Home for Women, New York, menyatakan sedikitnya 157 orang termasuk memiliki kelemahan mental.
Dari 564 Wanita Tuna Susila yang dinvestigasi oleh Dr. Anna Dwyer yang terkait dengan kasus hukum di Municipal Court of Chicago, hanya 3 persen dari mereka yang berhasil lulus dari tingkat lima di sekolah. Meski tidak dilakukan tes mental, data ini mengindikasikan adanya kelemahan mental.
Pengujian yang dilakukan oleh Dr. George Ordahl dan Dr. Louise Ellison Ordahl pada berbagai kasus di Geneva School for Girls, Geneva, Illinois, menunjukan setidaknya 18 persen dari mereka termasuk mengalami kelemahan mental. Sedangkan pengujian yang dilakukannya terhadap Narapidana perempuan di Joliet Prison, Illinois, menemukan 50 persen dari mereka mengalami kelemahan mental dan 26 persen narapidana laki-laki. Pengujian di St. Charles School for Boys pun sama bahwa 26 persen dari mereka termasuk mengalami kelemahan mental
Pengujian yang dilakukan oleh Dr. J. Harold Williams terhadap 150 kasus delinkuen di Whittier State School for Boys, Whittier, California, hampir 28 persen mengalami kelemahan mental dan 25 persen memiliki kecerdasan yang termasuk border-line.
Berdasarkan beberapa penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa memang tidak semua yang menunjukkan perilaku delinkuen adalah memiliki kelemahan mental, namun orang-orang yang memiliki kelemahan mental tampaknya cenderung berpotensi untuk memiliki perilaku delinkuen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar